EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL
Dosen Pengampu : Muhammad Hendri Nuryadi, S.Pd, M.Si
Disusun Oleh : Kelompok 5
Anggota :
Agus Prasetiyo K6410002
Ayu Pujiastuti K6410009
Corrina Evatika K6410012
Erlita Vanilawati K6410026
Intan Naur K.P. K6410033
Munawar Khasami K6410043
Nindiyen Lintang A. K6410044
Vofka Carrisa K. K6410063
Andriani Melina P. K6411005
Sri Nurhidayati K6411055
PRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL
MERKANTILISME
Kaum merkantilisme menganggap perekonomian tunduk pada komunitas politik, khususnya pemerintah. Aktivitas ekonomi dilihat dalam konteks yang lebih besar atas peningkatan kekuatan negara. Organisasi yang bertanggung jawab dalam mempertahankan dan memajukan kepentingan nasional, yang disebut negara memerintah di atas kepentingan ekonomi swasta. Kekayaan dan kekuasaan adalah tujuan yang saling melengkapi, bukan saling bertentangan. Ketergantungan ekonomi pada negara-negara lain seharusnya dihindari sejauh mungkin. Ketika kepentingan ekonomi dan keamanan pecah, kepentingan keamanan mendapat prioritas.
LIBERALISME EKONOMI
Kaum ekonomi liberal berpendapat bahwa perekonomian pasar merupakan wilayah otonom dari masyarakat, berjalan sesuai dengan hukum ekonominya sendiri. Pertukaran ekonomi bersifat “positive-sum game”, dan pasar cenderung memaksimalkan keutungan bagi individu, rumah tangga dan perusahaan. Perekonomian merupakan bidang kerjasama saling menguntungkan, antarnegara dan antar individu.
MARXISME
Pendapat kaum Marxis yaitu menganggap perekonomian sebagai tempat eksploitasi dan perbedaan antar kelas, khususnya kaum borjuis dan kaum proletar. Sebagian besar, politik ditentukan oleh konteks social ekonomi. Kelas ekonomi yang dominan juga dominan secara politik. Hal itu berarti bahwa dalam perekonomian kapitalis , kaum borjuis akan menjadi lebih berkuasa. Pembangunan kapitalis global bersifat tidak seimbang bahkan menghasilkan krisis dan kontradiksi, baik antar Negara maupun antar kelas social. EPI Marxis selanjutnya hirau pada sejarah tentang perluasan kapitalis global, peruangan antar kelas dan Negara yang telah memberikan kebangkitan diseluruh dunia, dan bagaimana transformasi yang revolusioner dari dunia tersebut mungkin akan muncul.
KOMBINASI TEORI-TEORI KLASIK
Dalam membangun upaya teori-teori EPI yang baik, ada beberapa upaya yang mengkombinasikan pendekatan-pendekatan klasik dengan baru. Sebagai contoh Robert Gilpin dan Susan Strange. Gilpin memakai semua tiga perspektif tetapi penekanan utamanya ditempatkan pada kaum merkantilis. Dasar pandangan ini politik menyediakan kerangka kerja bagi ekonomi. Pandangan ini kemudian dikombinasikan dengan pemikiran ekonomi liberal tentang pasar sebagai wilayah otonom masyarakat. Elemen ekonomi Liberal ini adanya realita bebas bagi pasar. Elemen Marxis juga ditunjukkan yaitu hukum pembangunan yang tidak seimbang.
Teoritis EPI lainnya menolak cara-cara tersebut yang memberikan prioritas bagi Negara dan bentuk kekuatan politik-militer. Salah satu contoh adalah pendekatan dari Susan Strange. Ia tidak memprioritaskan politik maupun ekonomi namun ia memberika nilai keseimbangan pada keduanya. Bahwa pendekatan Strange meninggalkan kita dengan wilayah riset EPI yang besar dimana hanya bagian kecil yang telah ditemukan banyak pertanyaan penting yang belum dijawab. Pendekatan Gilpin dan Strange menunjukkan bagaimana teoritis EPI biasa memakai salah satu dari dua strategi yang potensial dalam risetnya. Pertama adalah tetap tinggal dengan resep lama dan tambahan beberapa rasa. Sebagai contoh strategi Gilpin, dalam strategi Gilpin basisnya adalah merkantilis, suatu pendekatan yang sebenarnya merupakan versi EPI dari realism, kemudian ia menambahkan beberapa pandangan dari teori-teori lain.
Dasar Mekantilisme
Politik menyediakan kerangka kerja bagi ekonomi. Negara adalah aktor-aktor utama.
Elemen Ekonomi Liberal
Adanya realita bebas bagi pasar. Hubungan ekonomi dapat berupa positive sum game.
Elemen Marxisme
Hukum pembangunan yang tidak seimbang. Analisis sejarah diperlukan. Perekonomian dunia adalah stu hirarki.
PERDEBATAN TENTANG STABILITAS HEGEMONIK AMERIKA SERIKAT
Setelah Perang Dunia Kedua Amerika Serikat mengambil pimpinan dalam menentukan institusi dan peraturan baru yang mendasari perekonomian dunia liberal yang berubah yang disebut dengan “system Breton Woods” yaitu nama kota kecil di Amerika Serikat tempat persetujuan tersebut dibuat pada 1947 untuk membentuk lembaga-lembaga penting perekonomian pasar liberal pasca perang: IMF, Bank Dunia, GATT (menjadi WTO), dan OEEC (di 1961 diganti OECD).
Di akhir 1950-an atau awal 1960-an perekonomian Eropa Barat Dan Jepang telah dibangun kembali dan pulih kembali ke tenaganya yang semula. Kepemimpinan besar ekonomi Amerika Serikat mulai menghilang, Jepang dan Eropa Barat menyamainya dalam hal ekonomi. Tekanan ekonomi yang meningkat terhadap Amerika Serikat dari persaingan Eropa dan Jepang terlihat dalam angka statistic ekonomi, terdapat deficit yang semakin membesar dalam neraca pembayaran Amerika. Di 1970-an Amerika Serikat mulai mengalami deficit perdagangan untuk pertama kali dalam era pasca perang. Amerika mulai bertindak sebagai “hegemon predator” (John Conybeare, dikutip dari Gilpin 1987). Hal ini merupakan era baru yang dicirikan “oleh proteksionisme yang meningkat,ketidakstabilan moneter, dan krisis ekonomi” (Gilpin 1987:351). Dengan penurunan relatif Amerika Serikat, bagaimanapun tidak ada lagi kekuatan yang benar-benar dominan untuk mempertahankan perekonomian dunia liberal.
Alur Hegemoni AS
1950: Hegemoni AS : Kekuatan ekonomi dan militer dominan. Dapat dan ingin membentuk perekonomian dunia yang liberal
1950 : konsolidasi perekonomian dunia liberal: Sistem Bretton Woods
1950/1960: pembangunan kembali Jepang dan Eropa Barat
Hegemoni AS menurun : Penurunan kekuatan ekonomi AS mengurus kepentingannya sendiri. Perekonomian dunia liberal berada dalam krisis
Hubungan ekonomi dan Politik: Pertama, meskipun merkantilisme menunjukkan perlunnya kerangka politik sebagai pondasi ekonomi, hal itu bukan berarti bahwa hanya ada hubungan satu arah dimana politik berkuasa atas ekonomi. Kedua, penurunan ekonomi AS tidak berarti rntuhnya perekonomian dunia. Adapun hubungan logika Politik dan logika ekonomi yang mempengaruhi satu sama lain, tetapi ekonomi tidak seluruhnya dikendalikan oleh politik dan begitu juga sebaliknya.
Politik dan Ekonomi dalam teori-teori EPI
Liberalisme, Marxisme dan Merkantilisme masing-masing telah menunjukkan aspek penting hubungan ekonomi dan politik. Mereka juga membuka kelemahan-kelemahan tertentu : mereka tidak dapat berdiri sendiri. Dan memerlukan elemen-elemen dari pandangan masing-masing agar dapat mengetahui hubungan kompleks antara politik dan ekonomi.
PEMBANGUNAN DAN KETERBELAKANGAN DI DUNIA KETIGA
Pendekatan Kaum Marxis pada EPI berkonsentrasi pada isu pembangunan dan keterbelakangan di Dunia Ketiga ( Asia, Afrika, dan Amerika Latin ). Kaum ekonomi liberal yang memelopori riset pembangunan di Negar Barat, yang dinamakan “ Teori Modernisasi “. Pemikiran dasar akan adanya pembangunan di Dunia Ketiga didasari karena Negara Dunia Ketiga seyogyanya diharapkan mengikuti jalur pembangunan seperti yang dilakukan sebelumnya oleh negara-negara maju di Barat. Hal itu diperkuat dengan adanya perjalanan progresif dari masyarakat tradisional, pra-industri, agraris menuju masyarakat modern, industrialis, sifat konsumerisme yang berlebihan.selain itu elemen penting lainnya hirau dengan hubungan negara-negara Dunia Ketiga pada pasar dunia. Hubungan pasar yang erat dengan negara-negara maju terlihat memiliki efek pembangunan yang positif pada perekonomian Dunia Ketiga.
Namun, di akhir tahun 1980 dan awal 1990 juga terlihat kembalinya pemikiran yang berdasarkan pemikiran merkantilisme. Pandangan merkantilis tentang pembangunan menimbulkan keseimbangan antara kaum ekonomi liberal dan pandangan ketergantungan. Ternyata, masalah-masalah yang berkenaan dengan pembangunan dan keterbelakangan di Dunia Ketiga berlanjut dengan perdebatan sengit di antara penstudi yang memegang posisi teoretis yang berbeda. Kesimpulannya, masing-masing posisi teoretis utama memiliki pandangan yang hirau dengan masalah pembangunan dan masing-masing memiliki titik gelap.
Bentuk nyata dari pembangunan Negara Dunia Ketiga sangatlah beragam: sebagai contoh, negara-negara miskin di sub-Sahara Afrika berbeda dengan negara-negara modern di Asia Timur. Fenomena tersebut hanya menyantuh sisis gunung es dari isu pembangunan yang luas dan kompleks; pembangunan harus dilakukan lebih dari sekedar EPI saja. Pembangunan seharusnya melibatkan semua disiplin berbeda dengan yang berhadapan dengan permasalahan sosial dan manusia.
GLOBALISASI EKONOMI DAN PERANAN NEGARA YANG BERUBAH
Globalisasi adalah meluas dan meningkatnya hubungan ekonomi, sosial, dan budaya yang melewati batas-batas internasional. Globalisasi ekonomi merupakan keadaan ekonomi global dimana kegiatan perekonomian bersifat terbuka tanpa ada batasan teritorial, maupun kewilayahan antara daerah satu dengan daerah lainnya.
Makin meningkatnya derajat saling keterkaitan ekonomi antara dua perekonomian nasional, sebagai contoh dalam bentuk perdagangan atau investasi asing yang lebih eksternal, merupakan salah satu aspek globalisasi ekonomi. Kami mungkin menyebutnya “interdependensi intensif”. Globalisasi didorong oleh beberapa faktor yang paling penting adalah perubahan teknologi yang digerakkkan oleh persaingan ekonomi yang keras antar perusahaan.
Cox menyadari bahwa dalam proses globalisasi ekonomi negara bangsa telah kehilangan kekuatan yang besar sekali atas perekonomian. Mereka secara signifikan berkurang nilainya dibandingkan dengan kekuatan teritorial ekonomi politik. hal itu berarti bahwa globalisasi ekonomi tidak akan menguntungkan masyarakat miskin Dunia Ketiga atau tidak akan menigkatkan standar hidup kaum miskin di negara-negara industrialis. Agar situasi tersebut berubah, kekuatan sosial dari bawah, seperti pekerja dan pelajar, akan berhasil dalm perjuangannya untuk kembali menyatakn kendali politik atas kekuatan ekonomi dari globalisasi. Singkatnya globalisasi adalah bentuk kapitalisme dan dengan sendirinya globalisasi mempertahankan dominasi kelas kapitalis dan eksploitasi terhadap masyarakat miskin diseluruh dunia.
Perdebatan tentang globalisasi ekonomi tidaklah mudah diselesaikan sebab masing-masing tiga posisi teoretis yang diuraikan diatas dapat menunjukkan beberapa bukti empiris yang mendukung pandangannya. Benar bahwa globalisasi, seperti yang dinyatakan kaum otonomi liberal , memiliki potensi membawa peningkatan kesejahteraan individu dan perusahaan, tetapi juga benar , bahwa proses globalisasi belakangan ini seperti yang ditekan kan kaum neo-marxisme, tak seimbang dan mungkin memilki sedikit untuk ditawarkan pada kelompok besar masyarakat kurang mampu. Kaum ekonomi liberal mungkin benar ketika menyatakan bahwa globalisasi merupakan tantangan bagi negara-negara, tetapi juga benar bahwa negara seperti yang ditekankan kaum merkantilisme, tetap pemain yang kuat dan bahwa mereka telah membuktikan dirinya sendiri mampu menyesuaikan pada banyak tantangan. Kaum neo-marxis dengan tepat menekankan bahwa interdependensi intensif dan penciptaan perekonomian global secara simultan intensif. Dalam isu tersebut, bagaimanapun juga kaum ekonomi liberal dan kaum merkantilisme selalu sepihak. Mereka menenkankan baik salah satu maupun aspek lain globalisasi. Kesimpulannya, kami dapat sekali lagi menyadari pandangan yang berguna di masing-masing posisi teoritis tetapi juga komponen yang lemah dimasing-masing.
KESIMPULAN
Hubungan antara politik dan ekonomi, antara negara dan pasar, merupakan masalah pokok masalah Ekonomi Politik Internasional (EPI). Ada 3 teori utama :
- Merkantilisme menganggap perekonomian tunduk pada politik. Aktivitas ekonomi dilihat dalam konteks yang lebih besar dari kekuatan negara yang mengikat: kepentingan nasional mengatur pasar. Kekayaan dan kekuatan merupakan tujuan yang saling melengkapi, bukan yang saling bersaing, tetapi ketergantungan ekonomi yang besar pada negara lain harus dihindari. Ketika kepentingan ekonomi dan keamanan pecah (berlawanan), kepentingan keamanan lebih diprioritaskan.
- Kaum ekonomi liberal berpendapat bahwa perekonomian pasar merupakan wilayah otonom dari masyarakat, berjalan sesuai dengan hukum ekonominya sendiri. Pertukaran ekonomi bersifat “positive-sum game”, dan pasar cenderung memaksimalkan keutungan bagi individu, rumah tangga dan perusahaan. Perekonomian merupakan bidang kerjasama saling menguntungkan, antarnegara dan antar individu.
- Dalam pendekatan Marxis perekonomian adalah tempat eksploitasi dan perbedaan antar kelas sosial (kaum borjuis dan kaum proletar). Politik untuk sebagian besar ditentukan oleh konteks sosioekonomi. Kelas ekonomi yang dominan juga dominan secara politik. EPI hirau dengan sejarah ekspansi kapitalis global dan perjuangan antar kelas. Pembangunan kapitalis tidak seimbang dan menghasilkan krisis dan kontradiksi baru, baik antar negara maupun kelas sosial.
Isu-isu kekayaan dan kemiskinan yang diangkat EPI menjadi isu ynag semakin penting dalam politik dunia. Fokus tradisional HI adalah tentang perang dan damai, tetapi bahaya perang antar negara nampaknya menurun. Konflik kekerasan saat ini terjadi terutama di dalam negara, khususnya di negara lemah, dan kekerasan tersebut pada dasarnya terkait dengan masalah pembangunan dan keterbelakangan, salah satu dari isu inti dalam EPI. Dengan kata lain, meskipun ketika kita melihat isu dasar tradisional HI, yaitu tentang konflik bersenjata, masalah yang dikemukakan epi semakin penting.
EPI juga mengangkat masalah pembangunan dan perubahan kenegaraan berdaulat secara langsung. Perekonomian nasional merupkan sumber daya yang sangat mendasar bagi bangsa-negara. Ketika perekonomian nasional berada dalam proses yang terintegrasi ke dalam perekonomian global dalam konteks globalisasi ekonomi, dasar keseluruhan bagi kenegaraan yang modern berubah dengan cara yang kritis.
Sumbernya dari mana mas?
BalasHapus